Selasa, 01 Juni 2010

PEDOMAN PENULISAN PANTUN

Cara terbaik mengetahui model penulisan Pantau adalah membaca majalahnya. Pada dasarnya, Anda bisa menulis laporan yang analisis dan kesimpulannya berbeda dengan pandangan redaksi Pantau. Tapi syarat yang tak bisa ditawar adalah laporan itu harus benar. Kebenaran bukan dalam pengertian filosofis. Tapi kebenaran fungsional.
Kebenaran bisa tercapai bila kita menjalankan prosedur pengumpulan informasi dengan baik. Verifikasi adalah esensi dari jurnalisme. Metodenya macam-macam. Standarnya juga banyak antara lain akurasi, proporsi, komprehensi, relevansi, fairness, berimbang, dan sebagainya.
Akurat dalam arti semua informasi yang disuguhkan tak kurang, tak berlebihan, dengan sumber-sumber yang jelas, nama lengkap, angka, waktu, jarak, ukuran, tempat, dan sebagainya. Kami tak bersedia menerbitkan laporan bila ada sumber anonim atau sumber dengan atribusi (perkecualian harus didiskusikan lebih dulu dengan kami).
Kontekstual dalam arti laporannya proporsional. Mungkin suatu fakta benar tapi secara kontekstual salah. Contoh: Banyak organisasi Islam militan di Indonesia. Ini tak berarti Islam di Indonesia adalah Islam yang militan dan fundamentalis. Banyak orang Cina Indonesia jarang bergaul dengan tetangganya tapi salah menyebut semua orang Cina anti-sosial.
Anda harus memperkenalkan diri sejelas-jelasnya. Kami keberatan kalau Anda menjalin pertemanan atau mendapat keuntungan di luar urusan reportase Anda. Kami keberatan kalau Anda mengutip seseorang tanpa izin —misalnya saat mengobrol harus minta izin. Dokumen-dokumen juga harus didapat secara legal (semua perkecualian harus didiskusikan lebih dulu dengan kami). Kami juga keberatan dengan partisipasi Anda kalau Anda mau menerima “amplop.” Kami butuh wartawan yang bersih. Kalau Anda perlu kami bisa menerbitkan surat tugas dari PANTAU untuk Anda selama periode kerja Anda.
Kami juga minta Anda mencantumkan sumber-sumber dari mana Anda mendapatkan kutipan Anda. Kami punya pengalaman, beberapa kontributor kami mengutip dari suratkabar lain, tapi tak dicantumkan sumber-sumbernya. Ini sama dengan pencurian. Kami ingin semua keterangan diberi catatan kaki dari mana asalnya.
Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dalam buku “The Elements of Journalism” mengingatkan kita dengan lima nasihat praktis untuk wartawan:
· Jangan menambah atau mengarang apapun;
· Jangan menipu atau menyesatkan pembaca;
· Bersikaplah setransparan dan sejujur mungkin tentang metode dan motivasi Anda dalam melakukan reportase. Jujur dalam menjelaskan semua hal yang relevan untuk diketahui pembaca, termasuk kalau ada hubungan Anda dengan orang-orang dalam reportase Anda atau hubungan Anda dengan masalah yang dibahas;
· Bersandarlah pada reportase Anda sendiri. Lakukan sendiri wawancara, meneliti dokumen, dan tak mewawancarai pihak-pihak ketiga (termasuk apa yang disebut “pengamat” atau “pakar”) yang tak melihat sendiri proses di mana isu yang Anda bahas berlangsung;
· Bersikaplah rendah hati.
PANTAU hendak mempromosikan jurnalisme yang bermutu. Kami memilih menerbitkan naskah yang dibuat dengan gaya bertutur, bercerita, sehingga mudah dinikmati dan dimengerti pembaca. Naskah macam ini biasanya menuntut si kontributor melakukan usaha. Artinya, Anda tak sekadar duduk di belakang meja dan menulis. Kami menghargai kontributor yang mau turun ke lapangan, melakukan reportase, lantas menuangkan hasil reportase itu dengan bahasa bertutur.
Kami memilih naskah yang dalam. Perdebatannya bernas, baik dari aspek sejarah, logika, sosial, politik, ekonomi, dan sebagainya. Si kontributor diharapkan mengerti perdebatan klasik yang ada di balik pilihan-pilihan yang ada dalam laporannya. Bila ada buku yang memang perlu disebutkan, buku itu harap dimasukkan dalam tubuh laporan.
Tapi kami tak ingin buku atau referensi yang tak relevan disebutkan dalam laporan. Ini mengganggu alur bacaan. Kami tak ingin kedalaman mengorbankan kenyamanan pembaca dalam membaca. Kami ingin laporan ditulis dengan lancar, dengan memikat, sedemikian rupa sehingga idealnya pembaca tak melepaskan bacaan itu sebelum tuntas.
Bahasa yang kami kembangkan adalah bahasa yang komunikatif, mudah dimengerti. Kami ingin tampil dengan sopan sehingga kami minta Anda tak menggunakan kata-kata yang tak perlu, yang tak senonoh. Kami juga tak menggunakan singkatan karena kebiasaan ini cenderung merusak bahasa Indonesia.
Kami menghargai sejarah, termasuk sejarah individu, sehingga penulisan referensi kedua seyogyanya dibuat dengan pertimbangan ini. Setiap sumber sebaiknya ditanya dia ingin disebut dengan nama apa. Misalnya, Abdul Haris Nasution sebaiknya ditulis Nasution ketimbang Abdul, Todung Mulya Lubis dengan Lubis, Aberson Marle Sihaloho dengan Sihaloho, Yap Thiam Hien dengan Yap, Aristides Katoppo dengan Katoppo namun Amien Rais ditulis Amien, atau Sigit Harjojudanto dengan Sigit.
Kami memilih menerbitkan masalah yang berkaitan dengan isu media dan jurnalisme. Isu media termasuk suratkabar, televisi, internet, radio, buku, bahkan poster dan spanduk, juga dari musik hingga film, dari bahasa hingga olah raga, dari politik hingga ekonomi. Batasan isu media adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan cara, teknik, atau masalah dalam memanfaatkan medium komunikasi. Isu jurnalisme adalah semua yang terkait dengan upaya pengumpulan informasi atau berita. Etika, foto, kamera, wawancara, reportase, bahasa, penulisan, semuanya yang terkait dengan pengumpulan dan presentasi berita.
Ini konvensi saja. Mohon setiap penulisan nama media cetak miring. Nama radio harus disertai frekuensinya. Kami tak menentukan seberapa panjang suatu laporan bisa dibuat. Teoritis kami tak punya batasan seberapa panjang si kontributor bisa menulis. Rekor sejauh ini adalah “Konflik Tak Kunjung Padam” oleh Coen Husain Pontoh tentang majalah Tempo sepanjang 15 ribu kata.
Untuk keperluan praktis, ada baiknya Anda menanyakan lebih dulu berapa kata yang bisa Anda tulis untuk topik tertentu dengan fokus, angle, dan outline begini atau begitu. Kami menganjurkan kontributor yang belum biasa menulis untuk mulai dengan laporan pendek. Satu halaman PANTAU panjangnya sekitar 800 kata.
Kami suka dengan rasa dalam bahasa. Kami suka kutipan dibuat seperti aslinya. Tak perlu semua dalam bahasa Indonesia standar. Ompung atau eyang tak perlu diganti dengan kakek. Rasa bahasa ini justru memperkaya bahasa Indonesia, yang pada gilirannya, membuat orang lebih mengenal berbagai perbedaan di dalam negara Indonesia.
Benedict Anderson, seorang profesor dari Universitas Cornell, yang terkenal dengan buku Imagined Communities, sering kali mengatakan bahwa bahasa Indonesia ala Orde Baru menekankan ultra-nasionalisme sehingga menekan identitas orang-orang yang tinggal di negara Indonesia. Anderson menolak menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan. Kami tak bertindak sampai sejauh itu tapi senantiasa mengingatkan kontributor kami agar sadar akan ganasnya bahasa dan ganasnya kekuasaan.
Buat pengecekan fakta, kami minta agar Anda mencantumkan semua nomor telepon rumah, telepon kantor, telepon seluler, dan email sumber di bawah naskah. Kami hendak meningkatkan akurasi majalah ini dengan melakukan pengecekan ulang semua angka, ejaan, tahun, data, dan sebagainya. Jangan lupa detail Anda juga perlu, dari nomor telepon hingga biodata. ***
posted by heriyanto at 7/22/2005 06:37:00 AM 4 comments

Jumat, 28 Mei 2010

PENGEMBANGAN KURIKULUM DENGAN KUALITAS PBM DI SEKOLAH DASAR

Proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan di sekolah. Rendahnya mutu pendidikan merupakan akibat dari rendahnya kualitas proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Kualitas pembelajaran di sekolah dipengaruhi pula oleh faktor input diantaranya adalah kemampuan kepala sekolah dan partisipasi guru dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena itu kemampuan kepala sekolah dan partisipasi guru dalam pengembangan kurikulum memiliki peranan yang penting terhadap kualitas proses belajar mengajar yang pada akhirnya akan berperan terhadap mutu pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menganalisis kontribusi kemampuan kepala sekolah dan partisipasi guru dalam pengembangan kurikulum terhadap kualitas proses belajar mengajar di sekolah dasar yang dilaksanakan di Kota Tanjung Pinang-Provinsi Kepulauan Riau.
Metode yang digunakan adalah metode korelasional. Data penelitian tentang kemampuan kepala sekolah, partisipasi guru dalam pengembangan kurikulum dan Kualitas proses belajar mengajar di sekolah dasar dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner terhadap 56 responden sebagai sampel penelitian yang dipilih secara proporsional random sampling dari 62 orang kepala sekolah sebagai populasi. Proses analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif melalui tiga tahapan proses yaitu: (1)Mendeskripsikan data variabel penelitian; (2)Menguji persyaratan analisis; (3)Menguji hipotesis untuk mengungkapkan hubungan antar variabel penelitian menggunakan teknik analisis korelasi.

Pengembangan Kurikulum Dengan Kualitas Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Dasar

Pengembangan Kurikulum Dengan Kualitas Proses Belajar Mengajar Di Sekolah Dasar)

Proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan di sekolah. Rendahnya mutu pendidikan merupakan akibat dari rendahnya kualitas proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Kualitas pembelajaran di sekolah dipengaruhi pula oleh faktor input diantaranya adalah kemampuan kepala sekolah dan partisipasi guru dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena itu kemampuan kepala sekolah dan partisipasi guru dalam pengembangan kurikulum memiliki peranan yang penting terhadap kualitas proses belajar mengajar yang pada akhirnya akan berperan terhadap mutu pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menganalisis kontribusi kemampuan kepala sekolah dan partisipasi guru dalam pengembangan kurikulum terhadap kualitas proses belajar mengajar di sekolah dasar yang dilaksanakan di Kota Tanjung Pinang-Provinsi Kepulauan Riau.
Metode yang digunakan adalah metode korelasional. Data penelitian tentang kemampuan kepala sekolah, partisipasi guru dalam pengembangan kurikulum dan Kualitas proses belajar mengajar di sekolah dasar dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner terhadap 56 responden sebagai sampel penelitian yang dipilih secara proporsional random sampling dari 62 orang kepala sekolah sebagai populasi. Proses analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif melalui tiga tahapan proses yaitu: (1)Mendeskripsikan data variabel penelitian; (2)Menguji persyaratan analisis; (3)Menguji hipotesis untuk mengungkapkan hubungan antar variabel penelitian menggunakan teknik analisis korelasi.

Rabu, 26 Mei 2010

Kontribusi Faktor-faktor Internal erhadap Keberhasilan Belajar

Salah satu mata kuliah yang berfungsi membentuk sikap professional guru adalah mata kuliah yang diajarkan secara mandiri dan juga Secara teoretis, keberhasilan mahasiswa dalam mencapai tujuan pembelajaran mata kuliah ini ikut ditentukan oleh karakteristik mahasiswa itu sendiri, di antaranya berupa gaya belajar, sikap dan kebiasaan belajar serta aktivitas yang mereka lakukan dalam merespon strategi pembelajaran yang digunakan dosen dalam perkuliahan. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk menemukan besarnya konstribusi gaya belajar, sikap dan kebiasaan belajar serta kualitas pembelajaran terhadap keberhasilan belajar mahasiswa.
Penelitian juga harus menggunakan metode deskriptif dalam bentuk expost facto. Untuk menjaring data yang diperlukan sesuai dengan variabel penelitian, digunakan instrument penelitian berupa: GEFT (Group Embedded Figures Test) untuk mengukur gaya belajar field dependent-field independent, SSHA (Survey of Study Habits and Attitudes) untuk mengukur sikap dan kebiasaan belajar, serta kuesioner berbentuk skala sikap untuk mengukur aktivitas mahasiswa dalam strategi pembelajaran langsung pada mata kuliah. Temuan penelitian ini adalah bahwa aktivitas mahasiswa dalam strategi pembelajaran langsung pada mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam ikut ditentukan secara langsung oleh faktor gaya belajar (field dependent-field independent) sebesar 25,1% dan faktor sikap dan kebiasaan belajar sebesar 58%. Sedangkan keberhasilan belajar (prestasi akademik) mata kuliah ikut ditentukan oleh gaya belajar (field dependent-field independent) sebesar 27,9%, sikap dan kebiasaan belajar mahasiswa tidak memberikan pengaruh langsung terhadap keberhasilan belajar mahasiswa dalam mata kuliah . Pengaruh tak langsung sikap dan kebiasaan belajar mahasiswa melalui variabel aktivitas mahasiswa dalam strategi pembelajaran langsung terhadap keberhasilan belajar (prestasi akademik) mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam adalah signifikan sebesar 19%. Kadar aktivitas mahasiswa dalam strategi pembelajaran langsung juga ikut mempengaruhi secara langsung keberhasilan belajar mahasiswa sebesar 32,8%.
Kepada dosen pengampu mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam direkomendasikan antara lain

Minggu, 18 April 2010

Pendidikan

SMKN1 Jember.... Coba isi artikel